Gaya

Fakta Vaksin AstraZeneca yang Perlu Diketahui, Tak Cuma soal Pembekuan Darah

Data yang diterbitkan di The Lancet pada 2 Agustus 2021 menunjukkan perkiraan tingkat kejadian sindroma trombosis dengan trombositopenia (thrombosis with thrombocytopenia syndrome/TTS) setelah dosis kedua vaksin AstraZeneca sebesar 2,3 per satu juta orang yang divaksin atau sebanding dengan tingkat kejadian yang diamati pada populasi yang tidak divaksinasi. Sedangkan setelah dosis pertama tingkat kejadian diperkirakan 8,1 per satu juta orang yang divaksin.

Pihak BioPharmaceuticals R&D mengatakan gangguan pembekuan darah yang sangat langka atau TTS setelah dosis kedua pemberian vaksin COVID-19 AstraZeneca sebanding dengan yang mungkin terjadi secara alami pada populasi yang tidak divaksinasi.

“Vaksin COVID-19 AstraZeneca efektif melawan semua tingkat keparahan COVID-19 dan berperan penting dalam memerangi pandemi. Hasil ini mendukung pemberian dua dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca sesuai dengan yang telah diindikasikan, kecuali apabila terjadi TTS setelah pemberian dosis pertama,” kata wakil presiden ekesekutif BioPharmaceuticals R&D, Sir Mene Pangalos.

Menurut Pangalos, vaksin AstraZeneca dapat membantu memberikan perlindungan terhadap COVID-19 termasuk terhadap varian baru yang kini muncul. Untuk sampai pada temuan ini, peneliti menggunakan database keamanan global AstraZeneca, mencatat semua efek samping yang dilaporkan secara spontan dari penggunaan obat-obatan dan vaksinnya di seluruh dunia.

Mereka menemukan sejalan dengan laporan terbaru dalam Medicines and Healthcare products Regulatory Agency (MHRA) Yellow Card Report, yakni sistem yang digunakan Inggris untuk mengumpulkan dan memantau informasi tentang masalah keamanan, yang menunjukkan tingkat TTS yang rendah setelah dosis kedua. Selain itu, tidak ada faktor risiko spesifik atau penyebab pasti TTS setelah vaksinasi COVID-19 yang telah teridentifikasi.

Pihak AstraZeneca mengatakan terus melakukan dan mendukung investigasi yang sedang berlangsung tentang kemungkinan mekanismenya. Menurut mereka, kondisi TTS sangat langka dan dapat dihindari apabila gejala segera diidentifikasi dan diobati dengan tepat.